Sekiranya, itulah jargon yang muncul dibenakku saat ini, mengingat kembali setiap ucapan yang hanya sekedar janji palsu, saat pesta demokrasi kampus yang telah berlangsung setahun silam. Ternyata, hanya sekedar permainan politik semata, memperebutkan kursi kekuasaan yang sudah diimpikan.
Saat ini, yang sedang hangat diperbincangkan oleh berbagai kubuh terkait pernyataan setuju dari seluruh peserta rapat, ketika melakukan pemungutan suara. Apalagi kalau bukan memperebutkan kursi impian, rasanya tidak etis jika janji palsu hanya dilontarkan, tanpa adanya produk yang dihasilkan. Memalukan.
Berbicara mengenai aklamasi, maka erat hubungannya dengan demokrasi dan permainan politik. Kampus, tidak menjadi tempat yang aman untuk berlindung diantara orang-orang yang gemar berpolitik. Aklamasi masih sah-sah saja digunakan untuk kepentingan demokrasi, hal ini telah diterapkan selama berabad-abad kekaisaran Romawi.
Maka dari itu, tidak heran praktek aklamasi masih menjadi bagian dari proses demokrasi dan pemungutan suara yang diterima oleh banyak orang. Proses ini masih sering dipraktekan di berbagai macam instansi, termasuk kampus.
Aku teringat dengan pernyataan Winston Churchill, dalam karyanya yang berjudul Why People? Rasanya, sangat tepat ketika dia menuliskan mengenai demokrasi dan sistem pemerintahan.
“Demokrasi bukan sistem pemerintahan yang terbaik, tetapi belum ada sistem lain yang lebih baik daripadanya”. Winston
Merujuk pada pengambilan keputusan dalam sistem demokrasi, Pertama, ialah musyawarah untuk mencari persetujuan yang sah. Kedua, ialah melakukannya dengan pemungutan suara. Ketiga. yaitu aklamasi, mengambil keputusan secara terbuka dan diikuti oleh banyak orang, tanpa batasan golongan dan status sosial.
Aklamasi pun banyak menimbulkan tanda tanya. Apakah benar dalam suatu forum pemilihan ketua yang dilakukan musyarawah untuk mufakat, betul-betul atas konsensus bersama? Atau hanya sebagai permainan, di mana mayoritas memilih untuk menjalankan permainan yang sama, sedangkan minoritas dibungkam? Bukankah ini lari dari arti demokrasi itu sendiri?
Aklamasi tidak memiliki arti yang penting dalam beberapa kasus politik kampus, merujuk dari arti kata aklamasi yang menjelaskan mengenai persetujuan semua anggota yang ada, tanpa terkecuali. Maka proses aklamasi dalam politik kampus sangat berbeda, lari dari arti aklamasi itu sendiri.
Ketika satu orang dalam sebuah forum menolak, maka proses aklamasi harus diperbaiki. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Produk yang dijanjikan di depan banyak orang, hanyalah ucapan yang tidak memiliki makna. Lagi dan lagi, janji seakan menjadi makanan basi yang tidak bergizi.
Penulis: Radhen Ajeng M. Tanco
Editor: Hudalil Mustakim