Dari Takut Menjadi Berani: Perjalanan Don Membangun Kepercayaan Diri

growthney 2.png

GROWTHNEY.COM – Film Jumbo (2025) bukan hanya seru karena animasinya yang keren dan cerita yang penuh petualangan. Akan tetapi juga karena punya karakter yang bikin kita mikir. Di balik kisah petualangan dan fantasi yang dibawanya, Jumbo secara halus menyampaikan pesan penting tentang komunikasi, baik komunikasi intrapersonal maupun interpersonal. Don, seorang anak yatim berusia 10 tahun dengan tubuh besar yang sering diremehkan. Di balik semua keajaiban dan aksi seru, film ini ngajarin kita banyak hal, salah satunya tentang pentingnya komunikasi, baik itu dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Maka dari itu, mari kita lihat gimana sih perjalanan Don dalam membangun komunikasi, yang awalnya penuh keraguan dan egois lalu jadi penuh percaya diri dan mau mendengarkan orang lain.

Di awal film, Don terlihat tenggelam dalam pergulatan batin yang cukup dalam. Don terjebak dengan dirinya sendiri, bisa dibilang ya self-talk. Di dalam benaknya, dengan melihat tubuh yang besar ini, dianggap sebagai “kutukan” sehingga ngebuat dirinya dijauhi oleh banyak orang. Don selalu memandang dirinya dari kacamata orang lain.

Di beberapa bagian film, Don terlihat keras kepala. Dia punya keinginan kuat buat membuktikan dirinya, tapi sayangnya, cara dia ngelakuinnya kadang nyebelin. Don ngerasa dia tahu segalanya, dan itu bikin dia susah banget dibilangin. Walaupun terkesan egois, sebenarnya Don punya alasan. Dia tumbuh sebagai anak yang selalu diremehkan, jadi wajar kalau dia akhirnya pengen banget nunjukin kalau dia bisa. Sayangnya, proses membuktikan diri itu kadang bikin dia jadi terlalu fokus sama dirinya sendiri. Ini realistis banget, karena dalam kehidupan nyata pun, kadang kita bisa jadi egois saat lagi pengen diakui.

Perubahan besar dalam diri Don mulai tampak saat ia mulai dekat dengan karakter unik di film Jumbo, makhluk misterius yang justru jadi teman paling bisa dipercaya. Di saat orang lain sibuk menilai, makhluk ini malah memberikan ruang yang aman dan nyaman bagi Don untuk jadi dirinya sendiri, tanpa takut dihakimi. Dari titik inilah, perlahan tapi pasti, semuanya mulai berubah. Lewat kebersamaan yang mereka bangun, ia mulai paham rasanya diterima tanpa syarat. Nggak perlu pura-pura, nggak perlu menyesuaikan diri, cukup jadi diri sendiri. Juga di tengah keraguan yang selama ini membelenggunya, muncul satu pengalaman yang berbeda, di mana ia nggak harus jadi siapa-siapa untuk diterima. Cukup jadi Don, dan itu sudah cukup.

Dalam dunia komunikasi, pengalaman Don ini sejalan banget dengan teori Symbolic Interactionism dari George Herbert Mead. Teori ini bilang bahwa kita membentuk identitas diri lewat interaksi sosial. Jadi, bagaimana kita diperlakukan, bagaimana orang lain merespon kita, semua itu punya andil besar dalam cara kita menilai diri sendiri.

Sikap egois Don justru bikin karakternya terasa manusiawi. Nggak semua tokoh utama harus sempurna sejak awal, dan justru proses perubahan itulah yang bikin kita makin relate. Don nunjukin bahwa jadi egois itu manusiawi, tapi yang penting adalah gimana kita belajar dari kesalahan dan mulai membuka diri buat dengerin orang lain.

 

Penulis: Hajira Ali & Sri Nani Eato

Editor: Rival Hapili

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bergabung di Buletin Growthney dan dapatkan email pemberitahuan dari kami!

We promise we’ll never spam! Take a look at our Privacy Policy for more info.

5 Essai Pilihan

Section Title

⚡Terpopuler Pekan Ini