Harta Karun Miliaran Dolar dari Perut Bumi Indonesia, Tapi Simpan Ancaman Mengerikan

ChatGPT Image 28 Jul 2025, 16.33.29.png

Energi panas bumi atau yang lebih akrab disebut Geothermal adalah salah satu bahasan yang populer di berbagai kalangan mulai dari peneliti, akademisi, ataupun praktisi bidang energi di tanah air dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi saat topik transisi energi muncul ke permukaan sebagai solusi dari perubahan iklim atau Climate Change.

Geotermal dipandang sebagai salah satu energi bersih sebab tidak menghasilkan emisi karbon di udara. Selain itu, penelitian terhadap potensi Geothermal di Indonesia menunjukkan tren yang positif menjadikan geotermal terus digencar oleh pemerintah pemanfaatannya terutama untuk mendorong program pemerintah dalam melakukan transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan.

Namun, dibalik potensi dan pandangan orang terhadap geotermal, terdapat berbagai hiruk pikuk yang menyertainya. Mulai dari penelitian, pengembangan, hingga dampak lingkungan yang memprihatinkan.

Geotermal: Sumber Harta Karun dari Bumi

Secara sederhana, Geothermal atau panas bumi dapat diartikan sebagai suatu energi panas alami yang berasal dari dalam bumi. Sumbernya berasal dari panas sisa pembentukan Bumi, peluruhan berbagai unsur radioaktif (Thorium, Uranium, dsb) di bawah permukaan Bumi dan aktivitas Magmatisme dari berbagai gunung api yang ada di dalam Bumi.

Selain itu, sumber energi Geothermal juga terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral dan gas lainnya yang ada di dalam Bumi. Gambaran bagaimana energi Geothermal muncul bisa dianalogikan seperti air dalam teko yang dipanaskan dengan kompor.

Air tanah yang terjebak di dalam reservoar yang letaknya di atas dapur magma atau batuan panas yang punya kontak langsung dengan magma akan memiliki suhu yang tinggi sehingga berubah wujud menjadi uap air dan akan berusaha keluar melalui celah-celah di kerak bumi.

Geotermal di kalangan praktisi energi sering disebut sebagai harta karun dari dalam perut bumi. Hal itu dikarenakan sumbernya yang tidak habis sehingga tergolong sebagai energi terbarukan. Kemudian, jika ditinjau dari sumbernya, geotermal tergolong energi bersih karena menghasilkan emisi gas rumah kaca yang sangat rendah bahkan mendekati nol.

Eksplorasi & Eksploitasi Geotermal

Kegiatan eksplorasi atau pencarian menjadi awalan dalam proses pemanfaatan geotermal. Mengutip dari National Geographic Indonesia, proses eksplorasi terhadap geotermal di Indonesia telah dilakukan sejak masa kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1918 di daerah Kamojang, Jawa Barat.

Eksplorasi tersebut kemudian dilanjutkan pada tahun 1926 hingga 1929 dan meninggalkan lima sumur di mana salah satu di antaranya masih aktif memproduksi uap panas hingga kini. Eksplorasi geotermal tak hanya berhenti di era kolonial saja, selepasnya pun Indonesia melalui berbagai lembaga seperti Pertamina, Kementrian ESDM, hingga Perguruan Tinggi aktif melakukan eksplorasi baik secara langsung pengukuran di lapangan maupun menggunakan data satelit Gravimeter yang dapat diakses secara gratis di internet.

Berkat kesinambungan dari kegiatan tersebut, tercatat Indonesia diperkirakan memiliki potensi geotermal sebesar 29 Gigawatt atau sekitar 40% dari cadangan dunia. Angka yang sangat besar untuk ukuran energi.

Selain eksplorasi, kegiatan eksploitasi atau pengambilan menjadi proses selanjutnya yang mendasari pemanfaatan geotermal. Menurut situs resmi Kementerian ESDM, Indonesia kini telah memiliki 18 pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan berdasarkan data dari BPS, hingga tahun 2023 Indonesia telah memanfaatkan setidaknya 2.5 Gigawatt energi geotermal yang berarti 8,62% dari potensinya.

Pada tahun 2020, Kementerian ESDM menyatakan PLTP Kamojang yang terletak di Jawa Barat telah menerangi setidaknya 340 ribu rumah dan menyerap lebih dari 1.800 tenaga kerja.

Kemudian, PLTP Karaha Unit 1 telah menerangi setidaknya 33 ribu Rumah di Tasikmalaya dan sekitarnya. Informasi ini tentu menjadi nilai positif bagaimana kehadiran geotermal dapat membantu pemenuhan energi masyarakat Indonesia.

Lingkaran Dilema dari Isu Lingkungan Kian Memekik

Energi Geothermal yang diklaim sebagai energi bersih memang memiliki potensi yang besar di Indonesia. Terlebih lagi kebutuhan energi terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas industri maupun ekonomi.

Akan tetapi, fakta di lapangan memang sering kali tidak sesuai dengan teori sebab dinamisnya sifat alam. Pemanfaatan secara masif dari geotermal nyatanya tidak hanya berdampak positif pada pemenuhan energi negara, tetapi juga memiliki sisi negatif tersendiri yang perlu ditindaklanjuti.

Selanjutnya, berbagai isu lingkungan dan dilema di masyarakat turut serta hadir seiring dengan pemanfaatan geotermal di Indonesia. Beberapa contoh kasus terlihat jelas seperti di Mandailing Natal, Sumatera Utara dan Flores, NTT.

Kasus lingkungan paling tenar yang diakibatkan oleh eksploitasi Geothermal tercatat terjadi di Mandailing Natal, Sumatera Utara. Sebuah PLTP yang dioperasikan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) mengalami kebocoran gas hidrogen sulfida (H2S).

Mengutip dari BBC News, kasus ini terjadi sejak 2021 hingga 2024 dan setidaknya mengakibatkan ratusan orang merasakan keracunan gas dan lima di antaranya dinyatakan tewas.

Dikutip dari Floresa, isu dan dilema akan pemanfaatan geotermal telah ditunjukkan oleh masyarakat di Flores. Misalnya, proyek geotermal Mataloko yang beroperasi sejak 1998 telah banyak menimbulkan kerugian, baik dalam bentuk kerusakan lingkungan maupun kualitas hasil pertanian dan kesehatan masyarakat yang memburuk di sekitar pembangkitan. Tak hanya itu, ancaman keberlanjutan hutan dan tatanan hidup masyarakat tampak jelas di Wae Sano, Flores akibat rencana perencanaan eksploitasi geotermal.

Melalui penjabaran kasus di atas, dapat dilihat bahwa pemanfaatan geotermal di Indonesia yang punya potensi besar memenuhi kebutuhan energi masyarakat juga menyisakan cerita-cerita pilu di sisi yang lain.

Kebocoran gas hingga proses operasi yang buruk menjadi bentuk-bentuk contoh yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya di lapangan. Pengembangan teknologi dan sumber daya manusia yang terampil harusnya menjadi suatu hal yang perlu ditingkatkan selain meningkatkan persentase pemanfaatannya.

Huru-Hara Energi Geothermal, Melihat dari Segala Sisi

Potensi geotermal yang kaya di negeri ini memang patut dibanggakan dan dimanfaatkan guna mendukung kelangsungan hidup masyarakat terutama dalam hal pemenuhan energi.

Tetapi, operasi pembangkitan juga perlu memperhatikan berbagai aspek khususnya lingkungan. Berbagai isu dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh geotermal perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah dan industri.

Pengembangan sistem eksploitasi geotermal juga harusnya ditingkatkan agar geotermal bisa benar-benar layak dikatakan energi bersih dan ramah lingkungan.

Disclaimer : artikel ini ditulis bukan untuk menunjukkan dukungan ataupun kritikan. Akan tetapi, tulisan ini dibuat untuk memberikan bahan kajian awal atau diskusi bagi pembaca.

 

Penulis: Ahdian Azri Bustari

Editor: Hudalil Mustakim

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bergabung di Buletin Growthney dan dapatkan email pemberitahuan dari kami!

We promise we’ll never spam! Take a look at our Privacy Policy for more info.

5 Essai Pilihan

Section Title

⚡Terpopuler Pekan Ini