Beranda » Anak Muda » Tergoda Ekspektasi Menjadi Dewasa Tanpa Menyadari Beban Dibaliknya

Tergoda Ekspektasi Menjadi Dewasa Tanpa Menyadari Beban Dibaliknya

Menjadi Dewasa

Menjadi dewasa adalah impian semasa kita masih kecil. Kita malas diatur-atur oleh orang dewasa. Kita tidak suka disuruh ini dan itu oleh orang dewasa. Bahkan untuk urusan kita tidur, orang dewasa yang menentukan waktunya. Menjadi dewasa memang semenyenangkan itu, setidaknya itu ekspektasi kita dulu. Kita bebas menentukan jam tidur, merasakan cinta-cintaan, makan sesuka kita, dan bebas menentukan apa yang kita inginkan. Dibalik perasaan menyenangkan ini, beban dibalik nenjadi dewasa tidak masuk dalam ekspektasi kita.

Ada beberapa beban yang kita tidak sadari, tetapi akan kita hadapi ketika menjadi dewasa. Kira-kira, ilustrasi dewasa seperti ini:

Kita akan dianggap lebay ketika mengeluarkan air mata di depan orang lain, padahal air mata adalah healing terbaik ketika pikiran dan masalah tidak bisa dibendung. Kita akan di anggap anak kecil ketika menonton kartun favorit. Padahal selera tontonan, itu hak pribadi setiap orang.

Kita sering mengalami keadaan dimana kita menjadi ambigu, susah menentukan pikiran dan keputusan, hanya karena banyak yang kita perdebatkan baik dengan orang lain, dan paling sering dengan diri kita sendiri. Mengeluh kepada teman mengenai masalah yang kita hadapi, yang terjadi malah adu nasib dan mengatakan masalahnya lebih besar dari yang dia hadapi.

Apapun menjadi bahan pikiran negatif. Hal ini menjadi bagian dari pikiran diri kita sendiri. Bukannya mengarah ke pikiran positif, malah ke hal-hal yang negatif dan merusak perasaan kita sendiri. Peristiwa sekecil apapun pasti akan jadi renungan. Untuk yang sedang kuliah sering kali kita berpikir dan bertanya-tanya, apakah orang tua sudah benar menginvestasikan uangnya untuk kita kuliah? Dan kita berfikir kita menjadi beban orang tua sejak lama.

Menjadi Dewasa

Ketika berkumpul dan bertemu teman lama, pertanyaan paling laris yang muncul adalah apakah sudah bekerja? Padahal, setelah bubar dari pertemuan itu, pertanyaan tadi akan bertahan di pikiran kita, serta lambat laun akan mempengaruhi pikiran kita sendiri. Untuk yang kuliah dan sudah lebih dari 4 tahun, maka pertanyaan sederhana ‘kapan wisuda?’ tentu saja akan menghiasi hari-hari kita, bahkan merusak mood dan pikiran kita.

Baca juga: Lagu Self Healing sebagai Evaluasi Diri di Masa Quarter Life Crisis

Selanjutnya kita akan berfikir apakah setelah orang tua merawat kita hingga dewasa, kita sudah siap memegang tanggung jawab. Apakah ibu telah benar mengambil keputusan untuk melahirkan kita, dan apakah ayah kita tidak salah merawat kita hingga sekarang.

Belum lagi bicara soal cinta. Percintaan tidak seindah imajinasi dan skenario di film-film. Menyenangkan sekali ketika jatuh cinta, apalagi jika itu cinta pertama kali ‘bo jangan’ pascapacaran, dari diduakan, diselingkuhi, ditinggal tanpa kabar, maka siap-siap psikis akan terganggu. Aapalagi kita sudah setia dan berharap dia akan menjadi jodoh kita kelak.

Namun terlepas dari beban yang harus kita tanggung saat menjadi dewasa, kita harus menyukuri bahwa beban yang kita pikul menjadi bagian tantangan, perjalanan, dan kisah, kelak kita tua nanti.

 

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *