Menjadi Sarjana
Sarjana, nampaknya menjadi hal yang begitu diidamkan oleh banyak anak muda. Menjadi seorang sarjana sangatlah berharga dimata sebagian anak yang bercita-cita untuk sekolah tinggi, tapi sangat di sayangkan menjadi sarjana itu tidak enak.
Baca Juga: Sampah Plastik adalah Teman Kita
Secara ekonomi, sosial, budaya dan dan lain sebagainya, banyak hal yang setiap harinya sedang diemban oleh lulusan saat ini dari terpaan sosial, ekonomi, budaya dan masih banyak lagi. Mudahnya, menjadi manusia yang berpendidikan seolah serba salah, apalagi dengan memilih karir yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan.Pertanyaan itu pasti dialami oleh seorang sarjana ketika pulang ke kampung halaman dan mencoba berbincang dengan beberapa orang dilingkungannya.
Serba-Salah
Suatu ketika, ketika saya akhirnya pulang kampung. Perbincangaan yang pada saat itu terbilang hangat, karena membahas mengenai pemerintah desa yang cukup menarik, tapi di tengah perbincangan salah seorang berkata, “Sudah banyak lulusan yang balik kampung tapi sayangnya, para lulusan ini malah memilih pekerjaan sebagai nelayan bahkan petani.”
Baca Juga: Harapan Yang Tak Pernah Usai
Ini yang membuat perbincangan menjadi panas untuk seorang sarjana karena merasa terancam atau kurang nyaman dengan topik yang sedang diangkat. Dalam hati kecilku, ingin sekali ku berkata “Kalian tidak tahu apa-apa, bagaimana pengorbanan mereka untuk bisa lulus.”
Saya memahami, memilih pekerjaan merupakan sebuah pilihan dari seseroang, kita tidak memiliki hak untuk ikut campur ke dalam urusan jenjang karir seseorang. Seorang sarjana yang akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, merupakan pilihan yang patut diberi nilai lebih. Mereka, tidak lelah untuk mengejar ilmu setinggi mungkin.
Penulis:Genta
Editor: Hudalil Mustakim