Hal yang sering di multitafsirkan oleh beberapa oknum cerdas didalam dunia politik, pesta demokrasi dari tahun ketahun yang semakin menarik bahkan lebih menjanjikan, keren bukan? Tapi sekeren-kerennya pesta politik tersebut, mengharuskan para aktor untuk menanggung beban dalam memerankan visi dan tujuan mereka.
Politisi: Tujuan dan Hadiah
Dalam menjelaskan visi dan tujuan, bukan hanya menyampaikan pesan dengan lantang, tetapi lantang dalam merealisasikan visi dan tujuan yang dimaksud. Karena prinsipnya, para oknum sudah mendapatkan kepentingannya, yaitu tempat duduk empuk, ruangan yang dilengkapi dengan penyejuk udara dan kendaraan dinas, nikmat bukan?
Pertanyaannya, sudah enak, siapa yang memberikan upah kepada mereka? Siapa lagi kalau bukan kita-kita tukang bakso dan kaum plotetariat di lingkungan masyarakat. Sesuai perundang-undangan kerja, mereka anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hanya tiga yaitu:
- Legislasi (pembuatan undang undang)
- Bugeting (penganggaran)
- Pengawasan (mengawasi).
Tiga peran pokok yang harus di kerjakan, dan tentu saja upah yang boleh dikatakan fantastis di mata para kaum plotetariat. Upah dengan nilai fantastis ini bahkan harus dikumpulkan bertahun-tahun bagi mereka, yang hanya sekedar pekerja serabutan.
Kurang Nikmat Apa Politik/Politisi
Abstrak di atas menunjukan bahwa, betapa nikmatnya fasilitas yang didapatkan oleh mereka politisi, belum lagi kenikmatan tambahan dari jam tidur siang saat waktu rapat, menonton anime ketika sedang membahas kebijakan pemerintah, dan hal-hal unik lainnya. Jangan harap kita dapat dengan bebas melakukannya, berani? Siap-siap saja menahan lapar karena dipecat.
Baca Juga: Pentingkah Organisasi Bagi Mahasiswa?
Politisi harusnya menyadari, di pundak mereka terdapat beban tangisan, keringat, penderitaan, kelaparan, dan kebodohan dari masyarakat. Janji manis saat kampanye dilangsungkan, hanyalah sekedar angin sejuk semata.
“Jikalau saya terpilih nanti, insya allah saya akan bla bla bla bla,” hal yang berulang kali diucapkan ditahun yang berbeda. Setelah itu, pesta rakyat yang dimaksud ialah berjoget ria dengan para penyanyi yang diundang khusus untuk memeriahkan pesta demokrasi.
Baca Juga: Aklamasi & Politik Ala Kampus
Rakyat, sampai saat ini masih banyak yang belum menyadari bahwa kita semua memegang kendali atas pemerintahan, kita memegang tahta yang besar. Pembodohan yang telah terlanjur hadir, membawa kesengsaraan pada setiap masyarakat kelas bawah.
Rakyat, setidaknya harus menyadari, bahwa ketakutan sistem pemerintahan dan negara, ialah rakyat itu sendiri.
“Ketika ingin negara maju, maka harus ada yang ditakuti ” – Prof Salim
Penulis: Genta Fain Hermansyah Biki
Editor: Hudalil Mustakim