Daftar Isi
Menengok Awal Mula Kelapa Sebelum Masuk Ruang Produksi
Kelapa adalah tumbuhan tropikal yang tumbuh di sekitar lepas pantai. Dengan nama ilmiah cocos nucifera l atau lebih dikenal dengan sebutan coconut dalam bahasa Inggris. Pengertian ini merujuk pada pohon kelapa secara keseluruhan yaitu, buah, batang dan juga daun. Pohon ini biasanya menjadi sumber daya yang sangat dimanfaatkan bagi masyarakat area tropis, karena mengingat semua bagian dari pohon kelapa dapat dimanfaatkan.
Contohnya bagaimana daun kelapa bisa dijadikan kerajinan dan lidi atau tulang pada daun bisa dijadikan alat untuk menyapu halaman atau sapu lidi. Bukan hanya itu, bagian-bagian lain dari kelapa juga dapat dimanfaatkan menjadi berbagai kegunaan, seperti batang yang digunakan untuk membuat tiang-tiang rumah walaupun ini kadang tidak dianjurkan mengingat tekstur dari batang kelapa yang mudah lapuk, dan bagian buah yang dapat dijadikan pelengkap untuk makanan.
Tak hanya itu, selain dapat dimanfaatkan sebagai pelengkap masakan dapur, bagian buah juga terdapat sabuk, dan bagian tempurung yang oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan bakar untuk memasak. Daging kelapa yang terletak pada bagian dalam dari tempurung juga dapat dikonsumsi, ketika muda daging ini akan terasa segar dan manis dengan tekstur daging yang kenyal, namun ketika tua daging ini biasanya akan diolah menjadi berbagai jenis seperti kopra, atau dibuat santan.
Santan untuk ranah dapur menjadi salah satu bahan pelengkap yang banyak disukai karena mengingat fungsi santan sebagai penambah rasa gurih pada makanan. Tidak lupa dengan bagian terdalam kelapa, yaitu air kelapanya yang sering digunakan sebagai pembantu menghilangkan dehidrasi, karena pada air kelapa mengandung potasium, sodium, elektrolit, kalsium, vitamin C dan mengandung lauric acid. Tidak hanya itu, air kelapa juga berfungsi sebagai bahan utama dalam pembuatan Nata de Coco. Jadi, secara garis besar kelapa secara keseluruhan dapat dimanfaatkan dari berbagai sisi.
Di Indonesia sendiri, kelapa menjadi salah satu komoditi yang mampu menopang perekonomian masyarakat, mengingat sifat kelapa yang akan terus berbuah selama 3-4 bulan dengan masa waktu yang lumayan lama hingga bertahun-tahun, tidak seperti pisang dengan sifat sekali bertunas dan berbuah, kelapa akan terus berbuah walaupun telah hidup lama dan tua. Usia kelapa tidak mempengaruhi hasil buah yang diperoleh dalam masa pembuahan setiap 3-4 bulan tersebut.
Karena manfaatnya yang tergolong banyak, kelapa menjadi salah satu komoditi terbesar di Indonesia, dikutip dari mediaperkebunan.id, Indonesia termasuk salah satu negara dengan penghasilan kelapa terbesar dunia dengan luas kebun kelapa sebesar 3,7 juta hektar yang tersebar di seluruh Indonesia salah satunya. Dari berbagai Provinsi di Indonesia, Gorontalo masuk sebagai salah satu wilayah yang aktif memproduksi kelapa.
Artikel Terkait: Kenali Potensi dengan Analisis SWOT Diri Sendiri
Tercatat luas lahan kelapa di Provinsi Gorontalo yaitu sebesar 55.946.00 m2, dengan luas lahan masing-masing daerah yaitu Kabupaten Boalemo 5.209.00 m2, Kabupaten Gorontalo 22.062.00 m2, Kabupaten Pohuwato 17.638.00 m2, Kabupaten Bone Bolango 2.298.00 m2 dan Kabupaten Gorontalo Utara 8.739. 00 m2. Data ini dihimpun di tahun 2017 dan dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo.
Berbekal data petani kelapa, saya dan seorang teman menemui Hamjati Kera, seorang petani kelapa yang telah lama menggeluti kegiatannya sebagai pengumpul kelapa sekaligus pengelola kopra asap. Malam itu, lampu rumah terlihat tampak remang, seorang lelaki duduk di sofa merah panjang, di sampingnya seorang perempuan yang duduk dengan bangku kayu tinggi. Keduanya tampak canggung sembari bercerita dan sesekali tersenyum.
Hamjati awalnya pindah dan memboyong serta keluarganya ke Gorontalo, mendapatkan seorang istri berdarah Sulawesi Tengah (selanjutnya akan digunakan kata Sulteng) harus membuatnya menetap di Sulteng selama 25 tahun. Di tahun 2002, Hamjati memilih untuk membawa anak beserta cucunya ke Gorontalo dan mulai mengelola kelapa milik keluarganya yang telah lama dibiarkan. Tujuh tahun belakangan Hamjati mulai mengelola kembali perkebunan kelapa warisan keluarganya secara mandiri, tiga tahun sebelumnya Hamjati bergabung bersama petani lain dan mengelola kelapa putih.
Jangka Panen
Perkebunan kelapa peninggalan keluarga Hamjati tercatat memiliki 200 pohon kelapa yang telah ditanami sejah tahun 1980an. 200 pohon ini kemudian akan dipanen dengan kurun waktu yang telah dijabarkan sebelumnya yaitu 3-4 bulan. Sepengalaman Hamjati, memanen sebelum waktunya atau sekitar jangka waktu 1-2 bulan akan menghasilkan buah yang mengkal,
“Kelapa mengkal hanya cocok untuk bikin unti,” (20/10) ujar Hamjati malam itu sembari tertawa memegang puntung rokok kereteknya. Unti sendiri adalah isian kue bakpao yang disangrai dan dicampurkan dengan gula merah, kue dengan isian unti di Gorontalo cukup populer dan digemari.
Pada masa panen 3-4 bulan ini biasanya kelapa akan menghasilkan lima oki kelapa dengan hitungan dua oki kelapa yang siap untuk dipanen atau telah berwarna coklat. Dalam masa sekali panen, 200-270 kelapa akan menghasilkan sebanyak 1000 biji kelapa yang belum dikupas.
Proses Pengolahan Kopra
Proses panen menjadi proses yang amat panjang, sebelum menjadi kopra coklat, kelapa terlebih dahulu akan diturunkan dari pohonnya atau proses panjat, setelah itu kelapa akan dikupas dan dipisahkan antara sabuk kelapa dan juga tempurung kelapa, tahap selanjutnya adalah pengasapan, di tahap ini kelapa yang telah dibelah dan masih melekat dengan tempurung akan diasapi. Biasanya model pengasapan yang dilakukan adalah dengan membuat lubang besar berbentuk kotak dengan susunan kayu, di atasnya, susunan kayu akan dibuat rapat dan menyilang, lubang besar ini berguna sebagai tungku pengasapan dan diberi bahan bakar sabuk kelapa.
Biasanya, petani kopra akan memanfaatkan sabuk kelapa hasil kupas untuk melakukan pengasapan. Selanjutnya, kelapa yang telah dikupas tadi akan diletakkan dengan cara menghadap ke bawah atau ke arah lubang dan pengasapan pun dilakukan. Proses pengasapan ini akan dilakukan selama tiga hari penuh.
Setelah proses pengasapan, kelapa kembali dijemur di tanah lapang, setelah dijemur sampailah pada proses cungkil daging, proses cungkil daging biasanya dilakukan dengan menggunakan alat. Alat ini biasanya akan terbuat dari besi dengan ujung yang pipih dan tajam. Proses cungkil daging ini dilakukan untuk memisahkan antara daging kelapa dari tempurung kelapa. Daging kelapa yang telah terpisah dari tempurung kemudian akan dicincang menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Daging kelapa yang telah dicincang inilah yang disebut kopra coklat atau kopra asap. Disebut kopra coklat karena kopra kering yang siap untuk diangkut ke pada pengepul biasanya berwarna coklat bening, biasanya untuk 1000 biji kelapa akan menghasilkan sebanyak 2 ton kopra siap jual.
Biaya Oprasional Sekali Panen
Untuk proses sekali panen biasanya memerlukan biaya operasional Rp2.000.000-Rp3.000.000 per sekali panen. Dana ini akan diberikan kepada jasa panjat, jasa kupas, jasa cungkil hingga jasa sewa angkutan untuk mengangkut kopra. Jika kita lakukan perincian, jasa panjat biasanya diberikan upah sebanyak Rp10.000 per pohon kelapa jika kelapa yang akan dipanjat terbilang banyak. Jika kelapa yang akan dipanjat terhitung sedikit dalam artian tidak sampai menyentuh 20 pohon, biaya pemanjatan akan lebih mahal yaitu Rp15.000 per pohon kelapa.
Selain itu untuk mencukupi produksi kelapanya, Hamjati juga akan membeli kelapa-kelapa milik warga, harga kelapa per buah ini akan dihitung tergantung harga kopra di pasaran. Contohnya, jika harga kopra meningkat sampai Rp12.500/kilogramgram, per buah kelapa warga akan Hamjati beli dengan biaya Rp1.200/biji, sedangkan jika harga kopra turun, hal ini juga akan mempengaruhi harga satuan biji kelapa yang akan Hamjati beli.
Setelah proses panjat kemudian proses kupas, proses kupas juga dihitung sesuai dengan jumlah kelapa. Untuk Hamjati sendiri satu biji kelapa yang akan dikupas dihargai sebesar Rp250/per biji kelapa, jadi untuk proses sekali panen dengan jumlah 1000 biji kelapa, Hamjati akan mengeluarkan biaya kupas sebesar Rp250.000. Terakhir adalah pengangkutan, pengangkutan kelapa biasanya akan disewa sebuah pickup truck. Sekali angkut biaya pick up truck ini akan dihargai sebesar Rp100.000 sampai Rp150.000.
Hasil penjualan 2 ton kopra dalam sekali panen, biasanya akan menghasilkan kisaran harga Rp10.000.000 rupiah. Hasil penjualan ini kemudian dikembalikan lagi untuk modal pada musim panen selanjutnya, begitu seterusnya.
Telah Lama Hidup dengan Kelapa
Menjadi petani kelapa telah lama digeluti oleh Hamjati, terhitung telah tujuh tahun dirinya serta keluarga mendapati penghasilan dari kelapa. Tak hanya menjadi petani kelapa khususnya kopra, Hamjati juga telah menjadi tukang panjat kelapa sejak tahun 1982 atau sejak ia masih remaja. Dulu karena putus sekolah dan tak punya kerjaan, Hamjati memutuskan untuk menjadi tukang panjat kelapa, mengingat banyaknya petani kelapa yang membutuhkan jasa ini.
Sebelum pindah ke Gorontalo, Hamjati tinggal di Sulteng dan bertahan hidup dengan profesi sebagai pemanjat. Menurut Hamjati, profesi ini cukup menguntungkan dikala kopra sedang turun harga seperti masa sekarang, harga kopra yang sebelumnya berada di kisaran Rp12.500/kilogram gram kini turun menjadi Rp5.000/kilogram gram. Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, profesi sebagai tukang panjang sangat membantu Hamjati dan keluarga.
Biasanya karena tergolong senior, Hamjati akan memborong pekerjaan panjat hingga 500 pohon sekaligus. Prosesi panjat kelapa akan berlangsung selama 3 hari berturut-turut dari pagi hingga petang. Target utama Hamjati biasanya per hari akan ia habiskan 50-70 pohon kelapa untuk ia panjat. Dalam satu kali panjat kelapa, prosesnya akan memakan waktu 5-10 menit.
Karena telah terbiasa menjadikannya berpengalaman serta memiliki nilai lebih, Hamjati bahkan mampu untuk membedakan mana kelapa yang telah tua dan kelapa yang masih muda dan bagus guna dijadikan es kelapa muda. Untuk proses panen dan melihat apakah kelapa telah tua, Hamjati mempunyai perhitungan sendiri, selain melihat kulit kelapa yang telah kecokelatan, Hamjati juga akan melihat moncong atau ujung kelapa yang semakin mengecil.
“Jika masih muda ujungnya akan lebih lebar, kalau sudah tua moncongnya akan lebih kecil,” (20/10) ujarnya. Malam itu kami sedang berbincang di rumah Hamjati, rumah ini terbuat dari dinding batu dengan lantai semen yang dilapisi dengan plastik bermotif catur.
Saat berbincang, anak-anak dan cucu Hamjati sesekali akan menengok dari arah dalam bilik kamar yang dihalangi gorden, “Mereka juga biasanya sering membantu, tapi kalau sudah mau panen,” (20/10) ujar Hamjati dengan tawa seraya melihat saya yang sedang mencoba bercengkerama dengan cucunya yang menengok dari celah gorden. Saat itu, Hamjati sering tertawa, menjadi petani kelapa telah menjadi hal yang turun-temurun di keluarganya, bahkan menurut Hamjati hal inilah yang telah lama menghidupi (finansial) keluarganya.
Ketika harga kopra sedang di bawah, selain beralih profesi sebagai tukang panjat, Hamjati akan mengambil profesi sampingan menjadi penjual tempurung. Penjualan tempurung ini terbukti juga menguntungkan dengan kisaran harga Rp2.300 sampai Rp5.000/kg. Untuk satu kilogram gram biasanya akan didapatkan dari 4-5 belah tempurung besar, dan Hamjati tentunya tidak hanya menjual tempurung dengan jumlah sedikit, namun ia akan menjual dengan jumlah yang banyak bahkan sampai berkarung-karung, lalu dijual kepada temannya yang akan mengolah tempurung menjadi bara.
Tak hanya itu, ketika musim kemarau datang atau sedang bulan Ramadan, permintaan kelapa muda mulai meningkat. Permintaan kelapa muda meningkat hingga 500 biji kelapa per harinya, “Biasanya itu tidak cukup, penjual kelapa muda akan meminta lagi,” (20/10) jelasnya. Bahkan, saat itu Hamjati dan teman-temannya (penjual kelapa muda) sering kali kewalahan untuk menyanggupi permintaan kelapa muda yang meningkat di bulan-bulan tertentu seperti bulan Ramadan.
Penjualan kelapa muda dipasarkan dengan harga relatif lebih tinggi, yaitu Rp2.000/biji dan akan dijual kembali dengan harga jual Rp5.000 namun telah ditambah gula merah dan es batu, atau telah menjadi es kelapa muda. Biasanya untuk jasa panjat kelapa muda juga tergolong lebih mahal karena membutuhkan teknik yang lebih teliti dan hati-hati, “Karena jika asal-asalan mengikat tali, bunga kelapa yang akan tumbuh bisa rontok,” (20/10) lanjut Hamjati.
Proses pengambilan kelapa muda dari pohon kelapa akan diturunkan menggunakan kain dan dilakukan secara hati-hati agar kelapa muda tidak pecah jika menyentuh tanah. Kelapa muda yang terlanjur pecah tidak akan tahan selama seminggu, berbeda dengan kelapa muda yang utuh tanpa pecah sama sekali. Untuk proses panjat kelapa muda yang tergolong sulit dihargai sebesar Rp20.000/pohon kelapa.
Tak Ingin Berpindah dari Kelapa
Sebelumnya Hamjati tergabung dalam kelompok petani kelapa yang memproduksi kopra putih untuk perusahaan, untuk harga jual kopra putih tergolong lebih mahal. Namun dalam prosesnya, kopra putih dilakukan lebih berhati-hati karena kopra yang akan dihasilkan berwarna putih bersih, seputih susu. Proses pengelolaan kopra putih dilakukan dengan mengandalkan sinar matahari langsung dan proses pengeringan dilakukan secara terus menerus tanpa proses pengasapan, lagi-lagi ini dilakukan untuk menjaga warna kopra.
Kopra putih biasanya akan didistribusi langsung ke India, kopra jenis ini akan menjadi bahan utama pembuatan Pure Coconut Oil (PCO) atau minyak kelapa murni yang digunakan dalam produksi sabun herbal, minyak goreng sehat, body lation dan berbagai alat kosmetik lain. Namun ketika mendengar harga kopra coklat yang mulai naik, Hamjati dan beberapa temannya memutuskan untuk berhenti dan berbalik menjadi petani kelapa kopra coklat secara mandiri. Proses ini biasanya akan dilakukan secara mandiri oleh Hamjati, mulai dari memanjat hingga mencincang jika modal awal untuk panen tidak mencukupi biaya operasional.
Sebelumnya, Hamjati juga sempat mendapat tawaran untuk mengalih fungsikan lahan kelapanya menjadi kelapa sawit, namun Hamjati menolak karena menurutnya sawit tidak akan mampu menghidupi keluarganya dan juga lahan bekas sawit tidak lagi dapat ditanami.
Ruang Produksi Kelapa
Sebagai Tree of Life kelapa menjadi mata pencarian untuk para petani pesisir dan area-area tropis di Indonesia. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan pengolah bahan dasar kelapa untuk dijadikan mitra kerja dalam proses pra produksi.
Salah satu dari perusahaan ini yaitu PT. Pulau Sambu yang dikelola langsung oleh Sambu Group, perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1967 dan telah berpengalaman dalam mengembangkan produk berbasis kelapa selama beberapa generasi. Dalam proses produksinya Sambu Group sangat menghargai petani kelapa, di mana pekerjaan ini adalah inti awal dari bisnis mereka.
Melihat daerah Indonesia yang tergolong sebagai daerah tropis dan mampu ditumbuhi kelapa, Sambu Group terus berafiliasi guna mengembangkan lebih banyak peluang untuk petani kelapa seperti Hamjati dan teman-temannya, Sambu Group sangat paham jika kelapa adalah mata pencarian banyak kepala keluarga di Indonesia. Terhitung secara statistik perusahaan Sambu Group memiliki sebanyak 400.000 ribu rumah tangga petani yang berafiliasi dan menjadi mitra tetap dari 275 juta jiwa penduduk di Indonesia.
Beberapa tahun belakangan, menjadi petani kelapa memang mulai ditinggalkan dan beralih menjadi buruh kasar, namun Sambu Group selama bertahun-tahun tetap konsisten dengan pengolahan buah ini dan mencoba membuat pembaharuan-pembaharuan yang mampu membantu menangani perekonomian masyarakat.
Hal ini dilakukan dengan beberapa bentuk kerja sama terhadap masyarakat, salah satunya adalah memberikan edukasi kembali mengenai pentingnya kelapa dan cara pengolahan kelapa kepada masyarakat luas, ini menjadi penting karena mampu meningkatkan kembali perhatian masyarakat terhadap pengolahan kelapa yang hanya sampai pada pengolahan untuk rumah tangga.
Dalam pandangan ekonomi tentunya ini menjadi hal yang sangat menguntungkan untuk pihak Sambu Group dan petani kelapa itu sendiri, hal ini dibuktikan dengan keterangan kementerian pertanian, Muhammad Sahrir di Gorontalo.karantina.pertanian.go.id pada Selasa (14/9/2021) ia mencatat adanya peningkatan nilai ekspor terhadap komoditas pertanian unggulan berupa olahan kelapa sebanyak lebih dari lima kali lipat saat tahun 2021.
Sahrir mengatakan, “Setidaknya ada 18 negara (yang) menjadi tujuan ekspor kelapa Gorontalo yakni Cina, Denmark, Estonia, Perancis, Jerman, Italia, Lithuania, Malaysia, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Rusia, Slovenia, Turki. Ukrania, Inggris, dan Amerika Serikat.”. (14/9/2021). Dibandingkan pada saat bulan Januari hingga Agustus tahun sebelumnya, nilai ekonomi dari ekspor olahan kelapa hanya mencapai Rp. 42,1 miliar, sedangkan pada periode tahun 2021 ini telah mampu meraup untung Rp. 238,6 miliar atau secara kuantifikasi telah meningkat lima kali lipat.
Sementara, beberapa penelitian juga menyepakati bahwa kelapa memiliki potensi yang sangat besar sebagai penunjang ekonomi daerah maupun nasional. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Abidin et. al (2018) di Pangandaran, pada jurnalnya yang telah dipublikasi menjelaskan jika agroindustri berbasis kelapa di Kabupaten Pangandaran memiliki potensi yang besar dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Potensi dapat dilihat dari jumlah ketersediaan dan kepastian pasokan bahan baku kelapa, kualitas kelapa yang dihasilkan, ketersediaan sumber daya manusia, mangsa pasar yang luas, infrastruktur dan sarana transportasi, dukungan masyarakat sekitar, hingga adanya kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tumbuh kembangnya agroindustri berbasis kelapa.
Selain itu ada pula penelitian serupa dari Andika Yoga Baskara (2018) dalam bentuk skripsi yang dibuat pada tahun yang sama ketika Abidin et. al (2018) meneliti. Dari hasil analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) yang dilakukan oleh Baskara (2018) terhadap daya saing, menunjukkan bahwa baik Indonesia maupun Jawa Timur memiliki daya saing karena hasil hitungannya di atas satu walaupun daya saing kopra Indonesia masih di bawah Sri Langka.
Selain itu, berdasarkan analisis SWOT, Indonesia sangat memiliki peluang besar dalam bentuk masih tingginya permintaan pasar akan kopra Indonesia khususnya Jawa Timur, namun baik Indonesia dan Jawa Timur juga memiliki ancaman diantaranya ketersediaan bahan baku, banyak alih fungsi lahan, dan mulai berkurangnya minat petani dalam mengolah kopra, walau demikian Indonesia dan Jawa Timur juga memiliki kekuatan diantaranya memiliki luas areal lahan kelapa terbesar di dunia, posisi Jawa Timur strategis dekat dengan pelabuhan Internasional, tenaga kerja masih tersedia banyak dan kelapa dapat tumbuh hampir di setiap wilayah Indonesia adapun kelemahannya adalah selalu kekurangan kopra untuk diekspor, rata-rata kepemilikan lahan terbatas dan lokasinya berjauhan dan petani lebih memilih menjual kelapa dalam bentuk utuh.
Artikel Terkait: Apa itu Analisis SWOT, Manfaat dan Contohnya
Inovasi terbaru pun dilakukan dari pihak Sambu Group, bukan hanya berpatokan pada produksi kelapa rumahan, Sambu Group mengolah hampir semua bagian kelapa menjadi industri yang mudah untuk digunakan dan mudah untuk didapatkan, contohnya produksi santan kelapa UHT yang dikemas secara Aseptic, ini adalah produk santan berbentuk krim berwarna putih bersih dan sangat steril yang terbuat dari ekstrak alami kernel kelapa, santan kelapa instan ini dibungkus dengan kemasan yang mudah untuk digunakan dan tidak menyusahkan seperti layaknya santan rumahan yang harus membelah, mencukur, memarut hingga menguras santan hingga berkali-kali menguras energi.
Selain olahan santan bentuk krim, pihak Sambu Group juga memproduksi santan bentuk bubuk, daging kelapa dalam bentuk parut dan mudah diolah, air kelapa alami, konsentrat air kelapa beku hingga minyak kelapa murni.
Tak sampai di situ, Sambu Group juga membuat inovasi baru dengan mengurangi kadar air pada kelapa hasil parut dan dikembangkan menjadi Coconut Expeller Pellet yang memiliki kandungan protein yang tinggi dan sangat cocok untuk olahan pakan ternak. Secara garis besar inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Sambu Group menjadi salah satu terobosan yang baik dalam peningkatan produksi kelapa, baik untuk peningkatan ekonomi skala internasional dan peningkatan ekonomi untuk masyarakat yang masih bertahan dengan pekerjaan sebagai seorang petani kelapa.
Selain itu, produk-produk yang diproduksi oleh Sambu Group terbilang sangan memudahkan masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan di dapur seperti membuat kue, membuat masakan bersantan atau membuat kue. Apalagi jika mengingat berbagai masakan di beberapa daerah di Indonesia terkhususnya di Gorontalo yang sangat memerlukan santan untuk mengentalkan dan memberikan rasa gurih. Tidak hanya memberikan kemudahan, dalam beberapa kegiatannya, Sambu Group akan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pengolahan kelapa, cara penyiraman tanaman yang baik untuk menghadapi musim kemarau, agar petani kelapa mampu tetap menjaga kualitas bibit kelapa mereka, hingga Sambu Group memberikan pengenalan pula mengenai bagian daun yang juga dapat dijadikan produk industri rumahan, ini dijelaskan dari berbagai postingan Sambu Group yang memberikan edukasi dan pencerahan untuk masyarakat melalui media sosial Instagram @sambugroup.
Tidak hanya itu, pihak Sambu Group juga ikut memerhatikan mengenai limbah kelapa hasil industri agar tidak merusak lingkungan, bahkan pihak Sambu Group ikut serta dalam meningkatkan kualitas makhluk hidup dengan menjaga habitat alami dari beberapa spesies burung, mamalia dan hewan air lainnya yang berada pada area perkebunan. Hal ini dapat menjadi contoh bagi pengusaha-pengusaha yang ingin usahanya menjadi lebih maju, atau para pemula dalam bidang pemanfaatan kelapa.
Bahkan, tidak sedikit pabrik-pabrik pengolahan kelapa yang abai dengan masalah lingkungan, pemanfaatan masyarakat, hingga dampak yang merugikan masyarakat pada persoalan upah dan lainnya. Sehingga, dengan segala inovasi dan terobosan yang dilakukan baik oleh Sambu Group dapat dijadikan sebuah landasan baru untuk menjadi perusahaan yang dapat memberikan manfaat dengan seutuhnya.
Selain itu, masyarakat pula akan sadar terhadap betapa menguntungkannya pemanfaatan kelapa dengan baik dan benar agar dapat menjaga lingkungan terkhusus wilayah perkebunannya serta mendapatkan hasil buah dan pengolahan buah kelapa yang maksimal.
Reporter: Ummul Uffia