Kramat Tunggak dalam Perempuan-Perempuan
Kramat Tunggak
Perempuan-Perempuan Kramat Tunggak, buku yang mengangkat gambaran menarik mengenai latar belakang sosial ratusan perempuan yang bekerja sebagai penghibur seks di lokasi pelacuran Kramat Tunggak. Apa yang terungkap dalam buku ini sebagian besar bukanlah gambaran keadaan pada masa sekarang.
Kisah itu terjadi hampir belasan atau puluhan tahun lalu di salah satu bagian dari sebuah wilayah di Jakarta Utara. Kalau toh, buku yang pernah terbit di tahun 1999 oleh Pustaka Sinar Harapan ini diangkat kembali, untuk kemudian dikemas dalam cetakan baru dan diedarkan, alasannya adalah keinginan untuk menengok apa yang telah dilakukan dan melihat hasil dari tujuan yang bernama pembangunan!
Baca Juga: Mahasiswa Wajib Coba! Tips Hidup Hemat di Jakarta
Buku ini merupakan hasil disertasi dari Endang Rahayu Sedyaningsih, yang merupakan Menteri Kesehatan RI pada kabinet Indonesia Bersatu II dalam meraih program doktor di Harvard School of Public Health, Boston, Amerika Serikat. Penelitian ini berfokus pada perilaku seksual para anak asuh (pelacur) di Kramat Tunggak yang berisiko tinggi: mereka dapat tertular dan menularkan Infeksi Menular Seksual atau IMS, termasuk HIV/AIDS.
Tak heran selama membaca buku ini kalian akan mendapati teori-teori, kutipan dari peneliti sebelumnya, bahkan penyajian data yang penuh dengan ketelitian. Penelitian ini menggunakan Mixed-Methods, yaitu kuantitatif (sebagai pengukuran/penyebaran kuesioner) dan kualitatif (mendapatkan informasi dengan In-Depth Interview).
Tapi jangan khawatir, buku ini menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Gaya menulisnya mengikuti genre buku, alih-alih menggunakan kata ‘penulis’, Endang menyebut dirinya sendiri sebagai ‘saya’, hal ini dapat membuat pembaca seperti sedang membaca cerita pengalaman bukan sebuah hasil penelitian disertasi. Hanya saja ada cerita di dalam cerita, sehingga membuat pembaca harus bolak-balik membacanya.
Sekilas Sejarah
26 tahun yang lalu, Kramat Tunggak merupakan lokasi pelacuran terbesar di Jakarta bahkan se-Asia Tenggara. Memiliki hampir 2000 anak asuh dan 228 orang tua asuh (Germo). Penyajian fakta, data dan ceritanya sungguh memilukan. Di mana saat itu akses informasi sangat kurang. Sehingga, pemerintah setempat membuat program pelatihan meningkatkan keterampilan (menjahit, memasak, kecantikan) dan pendidikan (membaca, menulis).
Baca Juga: Memahami Arti Feminisme, Mengulik Informasi yang Keliru
Bukan hanya itu saja, pemerintah juga dengan getolnya memberikan edukasi pencegahan IMS termasuk HIV/AIDS. Dalam buku ini juga memberikan banyak saran praktis agar semua program pemerintah lebih efektif dalam mencegah IMS di kalangan kompleks pelacuran.
Siapa sangka, kini Kramat Tunggak tempat lokalisasi terbesar di Asia Tenggara telah ditutup secara resmi oleh Pemda DKI Jakarta dan digantikan oleh Jakarta Islamic Centre.
Penulis Resensi:
Editor: Hudalil Mustakim