Logo Growthney

Daftar Isi

Hari Merdeka, Nostalgia Saja

Hari Kemerdakaan Republik Indonesia

Halo, Growie

Pertama-tama, aku ingin mengucapkan selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 76. Kedua, aku ingin menyapa seluruh warga negara Indonesia, wakil rakyatnya dan tentu juga pemerintah eksekutifnya, baik dari Kepala Dusun sampai dengan Presiden.

 

 

Growie, mungkin saja kamu bukan saksi sejarah atas berdirinya negara ini. Tapi kamu harus tahu, bahwa kamu jadi bagian peradaban negeri ini. Hari ini, tepat 76 tahun di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 diproklamasikanlah Indonesia sebagai sebuah negara. Andaikan saja pada saat itu kamu telah menjadi anak muda belasan tahun, kamu mungkin merinding bahkan menangis kala Soekarno membacakan ‘’Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia…’’

 

 

Penderitaan yang sudah dilalui oleh para pejuang, hingga akhirnya ada proklamasi walapun penuh drama oleh anak muda dan orang tua kala itu, kini bisa kita nikmati sebagai sebuah negara yang merdeka. Makna merdeka secara umum adalah kebebasan, dan itulah yang dicita-citakan sejak dulu saat Indonesia sedang berjuang mati-matian.

 

 

Dari 76 tahun lalu hingga hari ini tentu banyak sekali perubahan. Keadaan dulu bisa dilihat di buku-buku sejarah, foto dan video arsip negara, dan lain sebagainya. Kemudian, mari kita komparasikan dengan keadaan sekarang. Tentu memiliki perbedaan yang sangat banyak, tergantung dari aspek mana kita melihat perubaan tersebut.

 

 

Aspek kepemimpinan juga jelas mengalami perubahan. Kalau dulu Ir Soekarno yang memimpin, sekarang Ir. Joko Widodo yang memimpin sebagai seorang presiden. Gaya kepemimpinan juga tentu beda, layaknya manusia pada umumnya yang berbeda-beda karakteristik satu sama lain.

 

Kalau dilihat dari aspek kepemimpinan saja tentu mengalami perubahan, maka hal lainnya juga mengalami perubahan. Misalnya saja pada pendidikan, ada banyak sekali perubahan. Dulu mungkin serba kekurangan, apalagi sumber ilmu yang masih terbatas saat itu. Kini kita bisa lebih mudah belajar dan mudah mengakses informasi. Tapi perbedaannya adalah dulu orang-orang rajin mencari ilmu dalam keterbatasan, sementara kita saat ini cenderung malas mencari ilmu dalam keadaan yang serba mudah.

 

 

Bicara pendidikan sejujurnya mengingatkanku pada kehidupan sehari-hari di sekolah, kurang lebih 15 tahun lalu di usia sekolah dasar. Datang ke sekolah dengan rapi, yah walaupun tidak serapi zaman sekarang dan pulang dengan keadaan sepatu di tangan, kemeja di dalam tas dan semua serba lusuh, ditambah lagi dengan bau yang sungguh aduhai.

 

 

Pernah juga untuk memperingati Hari Pramuka dan Hari Kemerdekaan aku ikut perjusami (perkemahan jumat, sabtu, dan minggu) tentu harus mandiri apalagi ini jadi ajang bergengsi untuk adu kemampuan dengan sekolah tetangga, selain adu kemampuan ada juga adu tepos (tebar pesona), yah setidaknya curi-curi pandang kepada para wanita pada saat itu.

 

 

Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, setiap daerah juga mengadakan berbagai macam lomba, salah satunya Gerak Jalan. Tentu saja aku ikut serta. Setelah gerak jalan yang penuh tepos (tebar pesona) dan caper, karang taruna di desa mengadakan acara makan bersama untuk merayakan kewajiban gerak jalan, dan berharap juga bisa merayakan kemenangan.

 

 

Banyak sekali cerita masa kecil yang tidak terbatas untuk dikenang. Tapi kenapa mengenang sesuatu itu enak sekali? Mungkin saja keadaan sekarang tidak memberi kenyamanan. Kalau ditanya, keadaan apa yang tidak memberi nyaman? Banyak sekali jawabannya. Ada yang secara pribadi, ada pula yang dirasakan orang-orang secara umum.

 

 

Secara personal keadaan sekarang memang tidak memberi kenyamanan, apalagi sebagai mahasiswa akhir yang sedang ramai-ramainya digantungi, atau dalam bahasa kerennya di Ghosting. Misalnya saja sudah ujian proposal, tapi tiba-tiba kampus mengadakan BDR (bekerja dari rumah), akhirnya progres proposal penelitianpun ditunda. Tapi lagi senang-senangnya menanti BDR berakhir, kampus malah memperpanjang BDR, lagi-lagi selain di Ghosting ternyata juga di PHP-in (pemberi harapan palsu) tapi tidak masalah, cukup berusaha untuk Toxic Positivity.

 

 

Itulah kenapa lebih indah untuk mengenang dan bernostalgia saja, apalagi keadaan pandemi seperti ini. Banyak sekali keterbatasan yang kita alami, memang secara pribadi aku lebih setuju diberlakukannya PPKM, demi memprioritaskan kesehatan dan menekan penyebaran COVID-19

 

 

Ir. Joko Widodo sebagai presiden tentu berusaha yang terbaik untuk melewati masa pandemi, hanya saja ada beberapa orang soleh dan solehah yang berhasil mencuri perhatian publik. Misalnya ada Bapak Juliari Peter Batubara yang meminta untuk dibebaskan karena punya anak dan istri. Hal ini patut dibanggakan oleh seorang ayah sekaligus suami yang rela ingin bebas penjara demi anak dan istrinya. Mungkin saja makna kemerdekaan adalah kebebasan, maka Bapak Juliari Peter Batubara ingin bebas dari penjara.

 

 

Tapi jujur saja, substansinya bukan kisah Juliari Batubara dengan cintanya bersama anak istri atau tentang kampus dengan BDR-nya yang silih berganti. Tapi ini tentang makna merdeka sejak 76 tahun silam. Apa saja perubahan-perubahan yang sudah terjadi dalam dirimu, lingkunganmu bahkan bangsamu? Atau bagaimana perayaan kemerdekaan sejak kamu usia sekolah dasar? Atau kisah unik apa saja yang sudah kamu lalui pada hari kemerdekaan?

 

 

Setiap orang punya cerita masing-masing, punya cara dan konteks tersendiri terkait dengan kemerdekaan. Hari ini kamu bisa melihat upacara kemerdekaan, bisa melalui televisi, media sosial, dan lain sebagainya. Kemudian mari kita bernostalgia bersama, mengkomparasikan konteks kemerdekaan yang berbeda ini .

 

Opini oleh: Sahril Humolungo

Editor : Hudalil Mustakim

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *